Sunday, 4 January 2015

novel salah asuhan




Penulis: Abdul Muis
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Pertama terbit: 1928
Jumlah Halaman: 273 

Novel ini dianggap sebagai karya monumental terbaik dalam bidang sastra Indonesia yang memulai babak modern. Dahulu novel Salah Asuhan ini sempat ditolak diterbitkan oleh Balai Pustaka dan kemudian ditulis kembali dengan menampilkan karakter Eropa yang baik pada jaman itu. Memang saat itu Balai Pustaka hanya mengijinkan buku “putih” untuk dicetak. Yakni buku yang tidak ada muatan pemberontakan dan haruslah memakai bahasa Melayu yang formal. Bagaimana kisah dalam Salah Asuhan dimulai? Sederhana saja, kisah cinta antara dua anak manusia, Corrie Du Bussee dengan seorang pemuda Minang bernama Hanafi.


Kisah cinta mereka penuh intrik pun konflik sebab pada faktanya Corrie adalah bagian dari keangungan Eropa, meski ibunya seorang pribumi. Dan Hanafi sendiri adalah pemuda biasa yang berasal dari Solok. Saat itu, tabu untuk menyatukan seorang Eropa dan Pribumi. Meski Corrie paham ia juga menaruh hati pada sahabatnya, Hanafi. Namun pertentangan hebat dalam dirinya membuat ia meninggalkan Solok dan berangkat ke Betawi untuk melanjutkan pendidikannya. Hanafi sangat terpukul. Ia terluka dan rapuh. Ia mengurung dirinya, tidak berminat lagi pada aktifitas manusia semacam makan dan minum. Ia berubah menjadi seseorang yang acuh pada lingkungan, kurus, ceking layaknya seseorang yang diserang penyakit ganas.


Namun, ditengah masa “berkabung hati” tersebut, ada Rapiah si gadis Minang dengan budi pekerti dan tutur kata yang baik. Ia juga perempuan Minang yang saleh dan menjadi pilihan Ibu Hanafi. Didesak dengan keinginan orang tua, kehampaan hidup ditinggal oleh Corrie, dan balas budi pada mamak Rapiah, pada akhirnya Hanafi setuju untuk menikahi Rapiah. Pernikahan tanpa cinta itu sudah serba salah di permulaannya. Pada cara pernikahan, Hanafi yang memang telah lama memilih hidup dalam kebudayaan Eropa menolak memakai pakaian adat Minang. Hal tersebut menjadi permasalahan yang pelik.


Pernikahan compang itu berlanjut tanpa kebahagian. Hanafi tidak memperlakukan Rapiah dengan cinta. Meski mereka telah memiliki buah hati bernama Syafi’i, namun bocah tersebut selalu merasa tak aman dan nyaman saat berada dekat dengan sang ayah. Hanafi tak hanya berperangai buruk pada Rapiah dan anaknya, tetapi juga pada sang ibu yang melahirkannya ke dunia ini. Hanafi banyak bergaul dengan orang Eropa, dan memilih menyembunyikan identitas Rapiah. Ia malu memperisteri Rapiah. Ia bahkan diibaratkan seorang pembantu jika seorang karib Eropa-nya datang bertandang ke rumahnya.


Semua bergulir dan begitu menyiksa bagi semua orang. Sampai pada suatu waktu, Hanafi mendapatkan musibah yang mengharuskan ia berangkat ke Betawi untuk berobat. Ia meninggalkan ibu, isteri dan anaknya dengan perasaan bahagia, sebab ia diam-diam menyongsong Corrie, kekasih hatinya. Singkatnya, mereka akhirnya bertemu di Betawi. Cinta yang padam kembali hidup dan membara. Bahkan Hanafi memilih pisah dari Rapiah dengan mengiriminya surat perihal ia dan Corrie. Hal ini menyentak hati Rapiah dan membuat ia akhirnya perlahan melupakan Hanafi, sang suami. Lantas bahagiakah Hanafi memperisteri Corrie? Jawabannya tidak. Pernikahan mereka dihalau berbagai riak. Konflik novel ini dimulai dari sini.


Secara umum novel Salah Asuhan ini sangat menarik. Jika seseorang mendamba diri sebagai seorang sastrawan, pastilah tak akan melewatkan novel ini. Meskipun bahasanya Melayu formal, tetapi alur yang runut serta konflik yang ditulis dengan rapi membuat ia tetap menarik untuk dibaca. Ada juga pesan moral yang kiat di dalamnya. Tentang cinta, orang tua dan juga sedikit kebangsaan. Berikut penggalan dialog Hanafi yang sarat akan makna:


…….Dengarlah! Sepanjang pendapat saya, cinta itu akan berbukti benar, bila yang menaruhnya tahu menaruh sabar, tahu menegakkan kepalanya di dalam segala rupa marabahaya serta rintangannya. Cinta itu tahu memberi korban, jika perlu. Jika orang yang bercinta seketika saja sudah menundukan kepala atau mencari jalan hendak… lari, setiap bertemu rintangannya, tidak sucilah cinta itu….. ( hlm.260)

No comments:

Post a Comment