Thursday 5 September 2013

NOVEL IBLIS MENGGUGAT TUHAN

ALKISAH, seorang pendeta bernama Buhairah menarik diri dari gereja dan memutuskan hidup menyepi. Dalam kesendiriannya, dia menenggelamkan diri ke dalam kajian tehadap buku-buku Kristen. Namun upaya itu tak berhasil menghilangkan “kegelisahan” teologisnya.

Suatu saat, di dalam satu buku, Buhairah menemukan sebuah ramalan. Tentang tanda kenabian yang akan dilihatnya pada punggung seorang bocah kecil. Sebagaimana tercatat dalam sejarah Islam klasik, pada akhirnya Buhairah menemukan tanda kenabian itu di punggung muhamad SAW, yang kelak diangkat menjadi Rasul Allah.

Berangkat dari momentum pertemuan antara Buhairah dan Muhammad, Al Shawni memulai kisahnya. Tokoh Buhairah yang digambarkan sedang mengalami skeptisisme personal terhadap keesaan Tuhan diajak Rasulullah. Dia dibawa ke sebuah tempat yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian, yang hanya diterangi kerlip dan redupnya bintang.

Di kesunyian itu, Buhairah mengalami komunikasi trsnsendental dengan sosok makhluk gaib yang tak lain adalah iblis. Mulai dari titik ini, pengarang menunjukkan “keliaran” imajinasi untuk meruncingkan konflik di dalam “tubuh” novelnya. Dengan teknik dan langgam penggisahan yang unik, Al-Shawni mendeskripsikan egosentrisme iblis.

Ketika pendeta Buhairah mempertanyakan latar belakang kesombongan iblis yang menolak sujud pada Adam, pengarang memanfaatkan moen itu untuk merumukan dalil-dalil filosofis dalam rangka menarasikan penggugatan iblis. Jelas sekali, Al-Shawni hendak menggelindingkan diskursus baru tentang riwayat pembangkangan iblis yang menolak sujud pada Adam.

Menurut Al-Shawni, penolakan iblis, yang kelak menjadi sebab keterkutukannya, bukan karena latar belakang ontologism. Bahwa iblis diciptakan dari api, sementara Adam hanya diciptakan dari tanah, sebagaimana penafsiran konvensional. Namun justru karena eksistensi Adam adalah pencerminan dosa-dosa iblis. Jadi, mana mungkin iblis mau bersujud pada cermin yang memantulkan buruk rupa wajahnya sendiri?

Bagi khalayak pembaca umum, membaca karya sastra adalah “menikmatinya”, bukannya menggali aspek-aspek kebenaran epistemologisnya. Jika pada paragraf-paragraf awal sebuah novel pembaca tak berhasil “meraih” kenikmatan dengan gambang mereka akan menutupnya.

Tetapi, sebagaimana diusung oleh Al-Shawni di dalam buku ini, barangkali membaca sastra tak cukup kalau sekedar menikmati. Pembaca perlu pemahaman yang intens, penafsiran kritis, dan yang lebih penting adalah penyingkapan misteri kebenaran epistemologis karya sastra sampai ceruk paling dalam.

Dalam buku ini, Al- Shawni seperti sedang mendadani karakter bejat iblis dengan jubah kebesaran filsuf yang penuh aura kearifan dan kejeniusan. Ia berhasil menggunakan metode adab al-jadl. Metode ini semacam kode etik berpolemik di kalangan pemikir muslim Abad Pertengahan, seperti muncul pada debat Buhairah dengan iblis.

 Harga buku : Rp.45.000 
 beli buku http://www.bukukita.com

NOVEL ATHEIS

Roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja adalah novel yang terbit tahun 1949, bercerita tentang perjalanan hidup seseorang yang dididik untuk menjadi anak yang saleh sedari kecil. Namun, beranjak dewasa, pertanyaan-pertanyaan mendasar mulai muncul di kepalanya. Salah satunya adalah pertanyaan-pertanyaan tentang penciptanya.


Roman Atheis adalah salah satu karya paling penting Achdiat K. Mihardja yang begitu kaya akan detail situasi pada Hindia Belanda di masa silam. Novel ini mengambil latar waktu dan tempat di antara tahun 1940-1942 di kota Bandung dan sekitarnya di Jawa Barat.

Latar Belakang
Roman Atheis mengemukakan pertumbuhan masyarakat hindia sejak permulaan abad ke-20 yang terus mengalami transformasi gaya hidup dari tradisional ke modern. Transformasi atau pergeseran itu membawa perselisihan dan bentrokan antara paham-paham yang lama dengan yang baru, yang khususnya terjadi di bidang sosial, budaya, dan politik. Perkembangan di dalam masyarakat ini tidak luput meninggalkan pengaruhnya kepada pengalaman batin manusia yang mengalami perubahan tersebut.

Dalam novel ini, keresahan batin tersebut terjadi di tengah-tengah bergeloranya pertentangan paham di zaman penjajahan Belanda dan masa pendudukan Jepang yang menjadi pokok perhatian dalam roman ini.

Harga buku : Rp.50.000 
beli buku  http://www.bukukita.com

NOVEL NEGRI 5 MENARA

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.

Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

Harga buku : Rp.135.000
beli buku  http://www.bukukita.com

NOVEL PERAHU KERTAS

Perahu Kertas, yang kini kembali populer setelah diadopsi ke dalam film layar lebar merupakan bacaan menarik untuk para remaja.
Novel Perahu Kertas ini, bergenre populer, khas gaya tutur anak muda perkotaan, terutama nampak dalam dialog-dialog di dalamnya. Begitu juga kisah seputar kuliah, buku dan pesta ada dalam cerita. Agak berbeda misalnya dengan “Filosofi Kopi” yang cenderung serius, naratif dan jarang melibatkan kelucuan serta kekoyolan. Entahlah, mungkin ini semacam terobosan untuk lebih dekat dengan pembaca.


Dalam novel Perahu Kertas gubahan Dewi Lestari ini, terdapat beberapa tema yang mencolok, seperti;

Cinta : Ya. Novel ini berkisah tentang cinta yang dipendam oleh Kugy dan Keenan. Keduanya teman satu kampus di Bandung. Bagai langit dan sumur. Begitu kata Dee untuk menggambarkan keduanya. Mereka saling mengangumi satu sama lain. Namun, keduanya sama-sama tak mampu untuk mengungkapkannya. Dan, keadaanpun rupanya tak memungkinkan.

Impian : Kugy, adalah cewek berantakan yang ngebet pingin jadi juru dongeng. Sementara Keenan sangait bercita-cita menjadi seorang seniman, seorang pelukis. Impian tak mulus. Kugy harus melewati hidup dengan realistis menjadi seorang copy writer, sementara Keenan malah harus berbalik arah cukup dratis, bekerja mengurusi perusahaan trading milik ayahnya. Namun, mereka selalu yakin dengan mimpinya. Tak ada yang lebih indah selain keduanya saling mendukung. Dan, begitulah Dee meramu ceritanya dengan apik di dalamnya. Seolah berkata “Jangan Takut Bermimpi”

Kejujuran : Inilah akhir cerita yang mengharu biru. Keduanya (Kugy dan Keenan) sempat berpisah sekian lama. Kugy, sudah punya kekasih bernama Remi, bos di kantornya. Sementara, Keenan juga sudah punya kekasih gadis Bali, Luhde namanya. Cerita begitu rumit. Namun, akhirnya Remi sadar bahwa hati Kugy hanya untuk Keenan, sementara Luhde juga sama, walau rasa cinta itu ada, hati Keenan hanya untuk Kugy. Ini kejujuran pertama. Kejujuran kedua, ketika Kugy dan Keenan jujur membuka hati, melepas ego masing-masing, jujur keduanya saling mencintai.

Harga buku : Rp.69.000
beli buku  http://www.bukukita.com