Hei-yoo! Welcome to 2015 , semoga segalanya lebih baik di tahun ini. Aamiin.
Hari terakhir di tahun 2014 dan hari pertama di tahun 2015 saya ditemani oleh buku terbarunya Raditya Dika yang berjudul Koala Kumal. Tanggal resmi terbitnya memang pertengahan Januari 2015, namun karena saya ikutan Pre-Order duluan jadilah awal tahun saya sudah punya bukunya dan bisa baca duluan. Yeay!
Judul : Koala Kumal
Penulis : Raditya Dika
Penerbit : Gagasmedia
Tahun Terbit : 2015
Halaman : 250 hlm
Harga : Rp 59,500
Sinopsis : Selain main perang-perangan, gue, Dodo, dan Bahri juga suka berjemur di atas mobil tua warna merah yang sering diparkir di pinggir sungai samping kompleks.
Formasinya selalu sama: Bahri dan gue tiduran di atap mobil, sedangkan Dodo, seperti biasa, agak terbuang, di atas bagasi.Kadang kami tiduran selama setengah jam. Kadang, kalau cuaca lagi sangat terik, bisa sampai dua jam. Kalau cuacanya lagi sejuk dan tidak terlalu terik, kami biasanya sama-sama menatap ke arah matahari, memandangi langit sambil tiduran.
Kalau sudah begini, Bahri menaruh kedua tangannya di belakang kepala, sambil tiduran dia berkata,
‘Rasanya kayak di Miami, ya?’
‘Iya,’ jawab gue.
‘Iya,’ jawab Dodo.
Kami bertiga gak ada yang pernah ke Miami.
Koala Kumal adalah buku komedi yang menceritakan pengalaman Raditya Dika dari mulai jurit malam SMP yang berakhir dengan kekacauan sampai bertemu perempuan yang mahir bermain tombak.
***
Setiap orang pasti akan mengalami patah hati yang mengubah cara pandangnya dia terhadap cinta seumur hidupnya. Cara dia ngelihat cinta akan berbeda semenjak patah hati itu - Page 207
Koala Kumal yang merupakan buku ketujuh Radit, lahir tiga tahun setelah Manusia Setengah Salmon. 250 halaman dan 12 bab untuk penantian selama tiga tahun? Ya sejujurnya sih masih kurang tebal, seharusnya ada 500 halaman untuk penantian selama tiga tahun. Setuju? *kemudian dijejelin martabak keju sama bang radit* nyam!
Koala Kumal masih seperti buku-buku Radit yang terdahulu, seluruh cerita berdasarkan kisah nyata yang pernah dialami Radit. Dan masih sama seperti yang terdahulu, Radit masih mencoba menulis komedi pakai hati. Mau ngintip sedikit daftar isi buku ini? Nih.
Setiap buku Radit yang akan terbit, yang paling saya nantikan adalah Apa-sih-judulnya? Analogi tersembunyi apa lagi yang bakal hadir dalam judul bukunya? Analogi tersembunyinya memang ngga jauh-jauh sih dari urusan hati. Masih ingat analogi Marmut Merah Jambu dan Manusia Setengah Salmon? Seperti ini :
Marmut Merah Jambu : Cinta itu kaya marmot lucu warna merah jambu yang berjalan di sebuah roda seolah berjalan jauh tapi ga kemana-kemana gak tahu kapan berhenti
Manusia Setengah Salmon : Untuk melakukan pencapaian lebih, kita tak bisa hanya bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan lebih baik yang bisa didapatkan tanpa melakukan perpindahan. Mau tak mau, kita harus seperti ikan salmon. Tidak takut pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya. Bahkan, rela mati di tengah jalan demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu menjadi manusia super. Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon “berani pindah”
Sneak Peek
Bab pertama Koala Kumal (Ada Jangwe di Kepalaku) bercerita tentang kisah Radit zaman kelas lima SD (tahun 1997—astaga abang! Saya baru berumur 2 tahun kala itu!) dengan problem kupernya, yang lebih memilih bermain video game setelah selesai pulang sekolah daripada berinteraksi dengan teman sebayanya.
Nyokap dan Bokap berulang kali mengingatkan gue untuk nggak sering main-main video game dan bermain yang beneran : bermain dengan manusia normal. – page 2.
Hingga akhirnya Radit tak sengaja bertemu dengan Bahri dan Dodo akibat kejadian layang-layang putus. Mereka berteman baik, main di sekitar kompleks bersama, main perang-perangan, berjemur bareng di atas mobil tua, nginep bareng dan perang petasan sama anak kompleks lain.
Cerita cinta Radit juga tak luput dikisahkan dalam buku ini, setengah bab dari buku ini berisi kisah cinta Radit yang manis-manis-ngenes. Bab Balada Lelaki Tomboi, diceritakan Radit pacaran sama seorang cewe tomboi yang pandai bermain tombank, bernama Deska, ujung-ujungnya mereka putus—Deska yang mutusin—karena Deska menemukan orang baru, Deska gampang berpaling.
Problemnya, bukan mencari orang yang lebih baru, tetapi untuk memperjuangkan yang nyaman. – Page 68
Perlu berapa kali diselingkuhi agar kita kuat menghadapi patah hati? – page 68
Begitu juga dengan Bab Aku Ketemu Orang Lain, setelah pacaran LDR 2 tahun, Radit diputusin karena si pacar bertemu dengan orang lain. Sakit… (._.)/|
Ada juga bab Lebih Seram dari Jurit Malam bercerita Radit ditaksir orang lain namun Radit ngga nyadar, mungkin kalau terjadi pas zaman sekarang, orang macam Radit bakal diteriakin DASAR COWOK NGGA PEKA!
‘Kakak inget botolku yang aku dulu bilang isinya malaikat? Botol itu udah ilang. Kak, jaket itu pengganti. Kakak jadi semacam malaikat buat aku.’
‘Bukannya botol itu untuk ngusir hantu? Gue jadi kayak pengusir hantu, dong,’
‘Maksudnya bukan gitu, sih, kak. Tapi kakak ngerti, kan?’
‘Ngerti apa?’ tanya gue.
‘Gak jadi, deh’ kata Lina – Page 184
Lalu ada balada berburu hewan peliharaan yang tepat di buku ini. Kalian tahu kan hewan apa yang akhirnya dipelihara Radit? Ya, Kucing!
‘Kamu nyari kucing buat apa? Breeding? Show? Buat teman bermain?’
‘Buat teman bermain, Pak’ kata gue ‘Karena saya sering kesepian di rumah, jadi bisa ada yang nemenin’
‘Itu, mah, kamu butuh istri’ – Page 90
Katanya kalau kita memilih kucing untuk dibawa pulang, cara yang paling baik adalah membiarkan kucingnya yang memilih kita. Ketika di breeder, ataupun di pet shop, kita harus memperhatikan apakah ada kucing yang mendatangi kita, membuat koneksi sama kita – Page 94
Kalau yang menanti-nanti cerita Edgar—adiknya Radit—mohon maaf kalian harus patah hati, karena ngga ada cerita Edgar dalam buku ini. Yah mungkin si penulis sudah tobat untuk menghina abis-abisan adiknya. Yah mungkin..
Tapi... jangan sedih, absurdnya keluarga Radit masih dikisahkan dalam buku ini. Keabsurdan ini berkaitan dengan film Cinta Brontosaurus. Kalian ingat dialog ini?
‘Kalian sudah berapa lama pacarannya?’
‘Baru kok, Pa’ kata gue ‘Baru’
‘Iya, om.’ Pacar gue membenarkan.
‘Ya, kalian cepat, lah, menikah!’ seru bokap.
‘Kau tahu gak kenapa kalian harus menikah?’ tanya bokap.
‘Kenapa, pa?’ tanya gue.
‘BIAR TITIT KAU GAK CUMAN DIPAKE BUAT PIPIS!’ – page 34
Ya, itu dialog singkat yang ada di film Cinta Brontosaurus. Kalau kalian mikir itu dialog fiksi, kalian salah. Ternyata dialog itu nyata. Keabsurdan lainnya adalah saat sang Papa memberi komentar setelah menonton film Cinta Brontosaurus.
‘Jadi gini, Papa sudah nonton pelem kau’
‘Terus?’
‘Papa terus terang kecewa, Dika’
Gue bertanya, ‘kecewa kenapa, pa?’
Bokap memukul meja sambil mengangkat alisnya. Lalu dia berseru, ‘KENAPA PELEM KAU GAK ADA ADEGAN CIUMANNYA?!’ - Page 43
Satu Bab yang menarik lainnya adalah bab Perempuan Tanpa Nama. Pernah ngga sih kalian bertemu dengan orang lain dan merasa ingin banget kenalan sama orang itu tapi ngga berani kenalan? Akhirnya kita hanya bisa menyebut mereka menjadi Seseorang Tanpa Nama. Radit menceritakan tiga Perempuan Tanpa Nama yang pernah ia temui sepanjang hidupnya.
Apakah di antara perempuan-perempuan tak bernama ini ada yang seharusnya menjadi jodoh gue, menjadi salah satu perempuan yang membuat cerita-cerita bersama gue. Menjadi seseorang yang punya peranan lebih dari sekadar perempuan tanpa nama – Page 138
Saya ngga nyadar kalau sebenarnya cerita-cerita dalam buku ini memiliki satu benang merah yang sama : tentang patah hati. Ya, bab terakhir—Koala Kumal—menjawab semua tanda tanya. Di bab terakhir diceritakan makna dibalik judul Koala Kumal.
Pics from here
Gue jadi teringat satu foto di situs Huffington Post. Ada seekor koala yang tinggal di New South Wales, Austalia. Koala itu bermigrasi dari hutan tempat tinggalnya. Beberapa bulan kemudian, ia kembali ke hutan tempat dia tinggal. Namun, ternyata selama dia pergi, hutan yang pernah menjadi rumahnya ditebang, diratakan dengan tanah oleh para penebang liar. Si koala kebingungan kenapa tempat tinggalnya tidak seperti dulu. Ia hanya bisa diam, tanpa bisa berbuat apa pun. Seorang relawan alam mengambil foto koala itu. Jadilah foto seekor koala kumal duduk sendirian. Memandangi sesuatu yang dulu sangat diakrabinya dan sekarang tidak lagi dikenalinya. – page 246.
Saya ngga terlalu banyak tertawa dalam membaca buku ini, for me, buku ini lebih banyak buat kita mikir dan nyetujuin apa yang ditulis Radit oh iya ya.. benar juga. Gitu. Gaya penulisannya memang santai tapi bisa juga dibilang serius, dari Radit kita bisa belajar dari pengalaman-pengalaman menarik, ngenes sampai absurdnya yang berani ia tuangkan dalam buku. Terutama belajar urusan tentang hati. Dua quotes ini stuck di kepala saya :
Selalu, yang baru akan terlihat lebih baik daripada yang lama – page 68
Gue tidak mau seperti seekor koala kumal yang pulang ke tempat yang dulu nyaman untuknya, menyadari bahwa tempat itu telah berubah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. - page 246.
Saya ngga tau harus nulis apa lagi, yang jelas kalimat Komedi Pakai Hati yang diucapkan Radit bukan hanya sekedar kalimat omong kosong, Radit benar-benar melakukannya. Radit tidak hanya menghasilkan karya yang buat orang ha-ha-hi-hi sejenak terus beberapa saat kemudian lupa, tapi ia secara sadar-ngga sadar membuat karya sekaligus memberi pelajaran yang tersurat kepada penikmat karyanya tanpa membuat penikmat tersebut merasa digurui.
Keep inspiring , bang!
‘Persis kayak jodoh, ya’ kata Avi. ‘Kadang di tempat yang gak diduga bisa ketemu, ya’
‘Persis kayak jodoh juga.’ Kata gue. ‘Kadang di tempat terbaik sekalipun bisa tidak ketemu’ – Page 105
No comments:
Post a Comment